3 Fakta Mengenai Bidan yang Akhirnya Menjadi Profesi

Ketika Jejakku Menginspirasimu

Nyatanya hari ini berkesempatan menggambarkan sedikit alibi kenapa akhirnya aku sampai di profesi saat sekarang ini.

3 Fakta Mengenai Bidan yang Akhirnya Menjadi Profesi

Dari sekian banyak profesi kenapa akhirnya memutuskan jadi seseorang bidan? Tidak pengen jadi seorang yang bergelut dengan dunia barang mati saja? Kan tidak lezat berhadapan dengan penyakit! Kan tidak lezat memiliki sistem kerja ala sif!

Sebab impian ayah

Alm. Ayah senantiasa memiliki impian menjadikan sulungnya ini bekerja di bidang kesehatan. Karena, abang kandung dia serta anak-anaknya menjabat selaku dokter serta bidan. Nah, termotivasi dari sepak terjang uwak, abang serta kakak sepupu, aku juga menemui takdir ialah jadi seseorang bidan.

Aku masih ingat ketika anak-anak, papa sangat bersemangat mendatangi kegiatan wisuda kakak sepupu yang mengambil kuliah kebidanan. Sementara itu, sangat cukup aral yang wajib kami lalui kala itu untuk menggapai lokasi. Tetapi kekuatan impian alm. Papa nyatanya bisa mengabaikan seluruh itu.

Mendaftar di hari terakhir dengan besar hampir tereliminasi

Memiliki besar kala itu 153 centimeter saja. Sedangkan minimun batasan yang diterima merupakan 150 centimeter. Cuma terpaut 3 centimeter serta aku takut luar biasa saat proses pengukuran. Keringat membasahi dahi dengan detak jantung beradu seperti balapan lari.

Kenapa mendaftar di hari terakhir? Ya, sebab lebih dahulu aku sudah lulus di Universitas Jambi melalui jalan UMB (Tes Masuk Bersama) di fakultas Pertanian. Aku kurang ingat ini di opsi kedua ataupun ketiga.

Sehabis dialog yang cukup lama, antara mendaftar di politeknik kebidanan ataupun melanjutkan langkah ke negara orang. Ohya, aku berdomisili di Sumatera Utara. Pastinya, perlu pertimbangan yang matang untuk melepas sang sulung menimba ilmu di tanah seberang.

Kenapa mengambil jurusan yang sudah tahu jauh begitu? Awal mulanya ya dicoba saja, eh tidak tahunya lulus. Sesederhana itu, sih, mikirnya.

Ya, takdir mempertemukan dengan profesi bidan. Lulus pilih administrasi serta lanjut dengan tes pilih yang diiringi hampir 500-an partisipan. Jadi 123 orang yang akhirnya dibagi dalam 3 kelas.

Bawa impian berikutnya dari Papa serta Mama, ialah abdi negara

Pada pilih CPNS 2018, aku mendaftar dengan memakai ijazah D-III Kebidanan. Sementara itu saat itu aku sudah menuntaskan pembelajaran D-IV Bidan Pendidik. Tetapi sebab lowongan yang buka pada saat itu untuk jenjang pembelajaran di bawahnya, maka aku juga menerima kesempatan itu.

Omong-omong ketika jejakku menginspirasimu, aku sempat bahas di sylviany.my.id. Kamu boleh mampir ke situ, ya.

Jadi seseorang abdi negeri merupakan salah satu impian besar orang tua aku. Walaupun pastinya bukan perihal yang utama selaku pencapaian dalam hidup. Tetapi profesi bidan ASN ini jadi salah satu pintu rezeki keluarga kami sehabis papa meninggalkan kami di 2014 silam.

Manfaat Internet Membuat Aku Mencapai Impian

Sobat, ingin tidak ingin aku wajib mengakui kalau internet berperan aktif mewujudkan cita-cita aku saat ini. Sebab kekuatan ngebutnya, aku bisa berselancar di platform belajar serta media sosial tanpa hadapi hambatan.

Bersama Tumpukkan Soal pada Malam Buta

Ya, aku wajib bisa membagi waktu untuk belajar, sebab pada saat itu aku juga lagi berstatus selaku pengajar plus bunda asrama. Aku wajib bisa mengoptimalkan hari yang ada. Malam jadi pilihan. Syukurlah, kekuatan internet yang mudah jaya, membuat aku bisa sat set sat set belajar.

Bersama Video di YouTube Memaknai Kerjaan Baru

Pada akhirnya, aku menyandang predikat CPNS. Satu kesyukuran memanglah. Tetapi perjuangan aku belum berakhir. Menemukan tempat tugas di ruang ICU yang kebanyakan ditempati oleh skill perawat, membuat bidan ini mesti belajar lebih-lebih. Banyak keahlian yang tidak aku pelajari malah sangat diperlukan penderita di ruang rawat total ini.

Bersama video-video yang dibagikan para expert aku mulai belajar lama-lama. Menceburkan diri lebih dalam untuk bisa menemukan banyak mutiara yang aku yakini ada. Ya, ilmu baru yang bisa jadi berguna untuk aku serta keluarga di masa depan, kan?

Kesimpulan

Tidak ada pelarian dalam sebuah pencapaian. Aku percaya kalau Allah swt, sudah menggariskan tiap langkah yang ditempuh seseorang hamba dengan sangat indah. Selayaknya menempuh apa yang sudah digariskan dengan penuh kesyukuran, sebab mesti hendak senantiasa ada hikmah luar biasa yang bisa diambil.

Apakah sempat kecewa dengan kondisi saat ini? Manusiawi aku sempat terletak di titik ini. Tetapi tidak berlarut sebab syukur membuat rasa itu surut serta akhirnya tidak lagi berwujud.

Related posts